Materi Khutbah Jumat Yang Menyentuh Hati Mengatasi Tekanan Jiwa

<Materi Khutbah Jumat Yang Menyentuh Hati Mengatasi Tekanan Jiwa>Alhamdulillah, kembali kita bersyukur ke khadirat Allah SWT yang mana dengan izin-Nya jualah sehingga dapatlah siang ini kembali kita bersama-sama menunaikan fardhu Jumát sebagai salah satu perwujudan dari taqwa kita kepada Allah SWT. sekaligus merupakan moment yang cukup kondusif di dalam upaya menjalin ukhuwah Islamiyah. 

Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Ketika Rasulullah SAW. memasuki sebuah masjid, beliau dapati ada seorang lelaki sedang duduk sambil termenung. Wajahnya nampak muram sebagai ekspresi betapa dia dalam keadaan bersedih dan duka cita yang amat dalam. Saat itu udara memang cukup panas kendati hari masih pagi. Seyogyanya memang, jam-jam sepagi itu mestinya tidak akan ada orang berada di masjid, terlebih-lebih jika hanya sekedar duduk-duduk tanpa melakukan ibadah, seperti dzikir, baca Quran atau shalat sunnah. Apatah lagi dia seorang lelaki yang semestinya pada jam-jam tersebut dia sedang sibuk bekerja mencari nafkah. 
Begitu melihat lelaki tersebut, Rasulullah kemudian menghampirinya seraya bertanya kepadanya : “Hai Abu Usamah, mengapa engkau duduk termenung seperti itu?. Mengapa engkau masih berada disini?. Saat ini kan bukan waktu shalat?” Abu Usamah menjawab : “Kesusahan sedang menimpa diriku hai Rasulullah, se-hingga aku berbuat begini”
http://aang-zaeni.blogspot.com/2017/04/materi-khutbah-jumat-yang-menyentuh.html

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah SWT

Memang, sepanjang hidupnya manusia itu selalu berhadapan dengan berbagai kesulitan dan kesusahan. Sejak lahir hingga akhir hayatnya, kesulitan dan kesusahan itu selalu ada dan menimpa manusia silih berganti, karena memang susah payah merupakan kodrat manusia yang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. sebagaimana firman-Nya : 

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ 

“Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia itu, berada dalam susah payah”(QS.Al-Balad ayat 4).
Kemudian dalam ayat lain Allah menyatakan :

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا 

“Sesungguhnya manusia itu diciptakan dengan sifat yang berkeluh kesah. Apabila ditimpa kesusahan ia sangat gelisah” (QS.Al-Maárij ayat 19 dan 20). 

Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Selama kita masih bisa bernafas, kesulitan dan kesusahan hidup selalu ada. Hanya saja mungkin kadarnya yang bervariasi. Kadang-kadang kesulitan dan kesusahan itu kadarnya masih rendah, terkadang pula kadar kesulitan dan kesusahannya cukup tinggi bahkan mungkin terlampau tinggi. Disamping itu, kesulitan dan kesusahan tersebut datangnya sering tiba-tiba dan tidak menentu serta sulit dideteksi. Kadang-kadang sering kita  alami, terkadang pula hanya sesekali kesulitan dan kesusahan itu menimpa kita. Jika kesulitan dan kesusahan itu hanya sesekali menimpa kita, tidak terus menerus, barangkali masih bisa kita tolelir, namun apabila kesulitan dan kesusahan itu datang secara bertubi-tubi dan terus menerus, seakan tak ada kesudahannya, tak ada jalan keluarnya, tentu keadaan seperti ini membuat orang yang ditimpanya menjadi kalut, resah dan gelisah. Dadanya terasa sesak, pikirannya menjadi kosong, jiwanya menjadi hampa. 
                >Al Quran Sebagai Solusi Kehidupan

Persoalan hidupnya selalu datang tindih menindih. Semua jalan keluar terasa buntu. Kalau sudah demikian, maka tidak mustahil seseorang akan menjadi nekad untuk berbuat hal-hal yang tidak diinginkan, seperti bunuh diri,atau sekurang-kurangnya jiwa dan pikirannya menjadi tertekan sehingga timbullah penyakit modern yang kita kenal dengan stress. 

Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Menurut Dr. Dadang Hawari, seorang psikiater dan Lektor Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, beliau membedakan stress itu ke dalam enam tingkat. Tingkat I dan II merupakan stress ringan dimana si penderita mengalami ketegangan jiwa yang pada umumnya dapat diatasi olehsi penderita itu sendiri. Pada tingkat ini ditandai dengan adanya gangguan seperti susah tidur, badan terasa lesu, tidak bersemangat, tidak bisa tenang, gelisah dan sebagainya, yang apabila keadaannya semakin parah, dimana tingkat keletihan sipenderita semakin meningkat dan ia mulai sulit mengatasinya, berarti tingkat stress sudah memasuki tingkat III. 

Selanjutnya stress pada tingkat IV merupakan stress yang  cukup  serius, dimana si penderita sudah mulai kehilangan kemampuan untuk merespon keadaan dan situasi, tidur semakin susah dan kemampuan berkonsentrasi menurun tajam. Keadaan ini jika tidak cepat diatasi akan semakin parah hingga masuk ke stress tingkat V dan seterusnya ke tingkat VI, dimana sipenderita sudah kehilangan keseimbangan yang pada akhirnya si penderita jatuh pingsan dan ada kemungkinan terkena gangguan jiwa serius. 

Maásyiral Muslimin Sidang Jumát Rahimakumullah

Seseorang yang mengalami tekanan jiwa dapat dilihat ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Orang yang mengalami tekanan jiwa biasanya sukar untuk berpikir normal dan rasional;
  2. Ia cepat berprasangka buruk dan berpandangan negatif serta sukar sekali untuk diluruskan;
  3. Orang yang mengalami tekanan jiwa biasanya mudah sekali tersinggung. Ia sangat perasa (emosional) dan sering marah-marah yang tak beralasan secara logis;
  4. Setiap ada masalah, ia nampak gegabah, salah tingkah, tegang dan tidak bisa santai;
  5. Bagi perokok, biasanya ia suka merokok secara berlebihan;
  6. Dalam kesehariannya, ia lebih suka menyediri;
  7. Makan dan minumnya sering tidak teratur;
  8. Daya konsentrasinya menurun. Mudahlupa, malas dan lamban dalam berpikir;
  9. Ada kecenderungan ingin berontak, na-mun enggan untuk berbuat.
Demikianlah sembilan ciri orang yang mengalami tekanan jiwa menurut beberapa para ahli ilmu jiwa. 

Hadirirn Kaum Muslimin Rahimakumullah

Selanjutnya, apa yang harus kita lakukan agar terhindar dan terbebas dari bahaya  stress? Tak ada resep yang paling mujarab untuk mencegah dan mengobati stress, kecuali dengan iman dan taqwa ke-
pada Allah SWT. dan mensyukuri segala ni’mat Allah secara apa adanya (qanaáh). 

Sebagai wujud nyata dari iman dan taqwa yang terpenting adalah dengan mendirikan shalat dan menyempurnakannya. Memperkuat kesabaran dan meningkatkan ibadah-ibadah lainnya. Firman Allah dalam Al-Qurán :

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah ayat 153).

Maásyiral Muslimin Rahimakumullah

Shalat merupakan media komunikasi yang paling efektif antara manusia dengan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik diwaktu senang maupun diwaktu susah.

Seseorang yang secara tertib dan disiplin menjalankan shalat, pasti akan ia temukan ketenteraman jiwa, karena di dalam ibadah shalat tertanam kebulatan tekad bahwa hanya Allahlah penguasa tunggal yang tak ada tolok bandingnya. Bahwahanya Allahlah satu-satunya dewa penolong manusia dan tempat berserah diri manakala ditimpa kemalangan dan penderitaan. 
Di dalam ibadah shalat tertanam kesadaran yang kuat dimana seorang hamba yang sedang bersujud di hadapan Allah SWT. menyadari sepenuhnya akan kelemahan diri, ketidak-berdayaan di hadapan Allah yang Maha Perkasa. Dengan kalimat “Allahu Akbar” Allah Maha besar, kalimat ini dapat menekan si hamba yang tengah bersujud ke posisi yang sekecil-kecilnya dan menempatkan al-khaliq keposisi yang setinggi-tingginya. Ke-Maha besaran Allah SWT. bukan untuk menakut-nakuti manusia, bukan untuk menindas manusia, tetapi untuk melindungi, mengayomi dan mengasihi manusia dengan sifat rahman dan rahim-Nya. Oleh karenanya, kita tak perlu takut, tak usah gentar dan jangan bersusah hati, tak perlu dirisaukan segala kesusahan yang sedang menimpa diri kita. 

Serahkanlah semuanya bulat-bulat kepada Allah dan mohonlah pertolongan-Nya sambil kita berusaha, berikhtiar semampu-mampunya untuk mengatasi segala kesusahan yang kita derita. Marilah kita berdayakan shalat kita yang tidak hanya sekedar kewajiban rutinitas, tetapi energi shalat dapat kita manfaatkan sebagai  penolong  kita dan kehidupan  kita, tidak saja di dunia kini, tetapi juga di akhirat nanti. Rasulullah SAW menyatakan, “Dan aku jadikan shalat itu untuk menyejukkan hatiku”.

Melalui shalat kita dapat memohon pertolongan kepada Allah dari ujian zaman, tekanan-tekanan orang lain dan kekejaman para durjana. Rasulullah SAW. ketika menghadapi persoalan genting, beliau selalu berlindung melalui shalat. Ruku’ dan sujud dalam shalat dapat membawa kita serasa lebih dekat kepada Allah, sehingga rasa percaya diri, penuh keyakinan, rasa damai dan tenteram semakin dapatkita rasakan.

Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah

Disamping shalat, sarana lain yang dapat kita jadikan penolong kehidupan kita agar terhindar dari tekanan jiwa adalah “sabar”. Allah SWT. menjadikan kehidupan di dunia ini di atas kodrat yang cenderung berubah-ubah dan silih berganti. Ada sedih ada senang, ada cinta ada benci, ada pertemuanada perpisahan, ada sehat ada sakit dan sebagainya. Mungkin ada sebagian manusia yang ditakdirkan Allah menderita berbagai macam cobaan. Maka tidak ada jalan lain yang ditempuh kecuali bersabar dan pasrah menerima takdir Allah. Inilah cara yang tepat untuk lulus dari ujian dan cobaan Allah. 

Melalui, shalat, sabar dan mengerjakan ibadah-ibadah lainnya. InsyaAllah kita akan menemukan ketenangan, ketenteraman dan kedamaian, sehingga segala persoalan hidup yang cenderung membuat orang stress dapat kita atasi dengan baik.  Rasulullah SAW. melalui hadits qudsi pernah bersabda : “Hai Bani Adam, sempatkanlah dirimu untuk beribadah kepada-Ku, maka akan Aku penuhi dadamu dengan ketenteraman jiwa”. 

Ahirnya, marilah kita tingkatkan amal ibadah kita, terutama ibadah shalat. Semoga dengan shalat yang rajin dan disiplin, dapat mempertebal mentalitas kita, sehingga akan menjadi seorang yang tahan uji dan militansi. Disamping itu jangan lupa pula untuk selalu melatih kesabaran, semoga dengan dua kekuatan tersebut dapat mengatasi semua persoalan hidup yang kita alami dan insyaAllah kita akan terhindar dari penyakit stress.

Subscribe to receive free email updates: